Jumat, 23 September 2011

POLRES BATU RESMIKAN KANTOR PELAYANAN BPKB ONLINE

POLRES BATU RESMIKAN KANTOR PELAYANAN BPKB ONLINE

Pelayanan administrasi kendaraan baru maupun mutasi nampaknya dapat dilaksanakan secara cepat dan efisien , hal ini seiring dengan diresmikannya kantor pelayanan BPKB online di mapolsek batu . peresmian tersebut langsung dilakukan oleh kapolres batu . seluruh pelayanan administrasi kendaraan baru maupun mutasi dapat dijalankan secara terpusat di kantor baru ini.
Jika sebelumnya pelayanan BPKB online ditempatkan di lantai 2 kantor samsat batu , kini seluruhnya dipindah di kantor yang baru di areal mapolsek batu , dan kehadiran kantor baru menjadi optimalisasi pelayanan terbaik yang diberikan kepada masyarakat . sehingga kantor ini sangat disyukuri oleh satlantas utamanya regident dalam pengurusan administrasi kendaraan bermotor.
Peresmian ini dilakukan langsung oleh kapolres batu didampingi jajaran , yang selanjutnya dilakukan peninjauan terhadap kantor baru BPKB online , karena kepindahan pelayanan ke kantor baru ini dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat khususnya untuk mengurus kendaraan bermotornya baik itu kendaraan roda dua mapupun roda 4 atau lebih , hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh kapolres batu, AKBP. Gatot Soegeng Soesanto.
Kasatlantas AKP. oskar syamsuddin , mengungkapkan , kehadiran kantor baru BPKB online ini diharapkan , dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kendaraan bermotor ,utamanya dalam kepengurusan kendaraan baru , balik nama kendaraan maupun mutasi kendaraan bermotor , terlebih BPKB online ini juga dapat dilakukan pelayanan lintas antar kota , sehingga warga nantinya dapat dilayani pengurusan BPKBnya secara cepat dan tepat.
Samsat kota batu menginformasikan , jenis dan tarif penerbitan BPKB , untuk kendaraan bermotor roda 2 atau 3 baru dan ganti kepemilikan sebesar 80 ribu per penerbitan , sedangkan kendaraan bermotor roda 4 atau lebih , baru dan ganti kepemilikan dikenakan 100 ribu per penerbitan . demikian juga mekanisme pendaftaran kendaraan baru , mulai berkas lengkap pemohon , menuju pokja pendaftaran , reg entry , cetak k.i. , editor , cetak BPKB , korektor , verifikasi , pengesahan dan selesai diserahkan ke pemohon untuk selanjutnya pengurusan di samsat , dimana seluruh arsip dimasukkan di gudang berkas BPKB.

Ditengarai Peninggalan Kerajaan Majapahit, Punden Punten Digali

Keberadaan punden di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, menarik simpati petugas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Wilayah Kerja Provinsi Jatim. Siang kemarin, tiga petugas kepurbakalaan itu meninjau keberadaan punten yang berada di tengah perkampungan penduduk. Itu menyusul rencana penggalian peninggalan sejarah terpendam antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batu bekerja sama dengan petugas BP3 pada Karena, Senin depan (20/4).
“Kami belum bisa memastikan apa yang terpendam di dalam, karena penggalian masih kami lakukan minggu depan. Karena, dalam catatan sejarah belum ada candi di sini,” Prapto Saptono, kasi Pelestarian dan Pemanfaatan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Wilayah Kerja Provinsi Jatim, siang kemarin.
Hanya saja, menurut pengamatannya, punden yang bakal digali itu ditengarai candi atau tempat pemujaan di masa Kerajaan Majapahit. Dugaan itu cukup mendasar dari beberapa bagian yang saat ini masih tersisa. Seperti halnya ditemukannya beberapa peninggalan seperti yoni, lingga. Selain itu juga bisa dilihat dari bahan baku bata yang digunakan pada bangunan tersebut. “Khas bangunan masa Majapahit bahannya bata. Seperti ini,” kata dia sambil menunjuk salah satu bagian dasar punden.
Menurut dia, jika bangunan tersebut merupakan candi, maka di bagian tengah terdapat lubang semacam sumur. Di salah satu bagian pipih atau tempat pemujaan itu terdapat nawa sanga atau sembilan arah mata angin. “Biasanya ada di daratan tinggi, seperti tempat ini,” ujar dia.
Saptono manambahkan, jika penggalian yang akan dilakukan tersebut membuktikan keberadaan candi, maka akan segera ditindaklanjuti. Yakni dengan memberikan rekomendasi pada pemkot untuk melakukan penyelamatan dan pemeliharaan.
Sementara, Soewignyo, kabid Kebudayaan Disbudpar Kota Batu, menjelaskan keberadaan punden itu cukup lama. Sebagian besar bangunan yang ada saat ini bukan orisinil. Karena pada 2005 lalu warga memiliki inisiatif melakukan pembangunan punden tersebut. Untuk memperkuat adanya peninggalan sejarah, maka Disbudpar merencanakan penggalian. “Sebenarnya sudah lama juga akan dilakukan penggalian. Tapi, baru tahun ini bisa realisasi,” kata dia.
Dengan penggalian tersebut, diharapkan bisa menambah wahana objek wisata di Kota Batu, khususnya wisata warisan budaya

Candi Punten Dibongkar, Dimodifikasi Warga, Dipenuhi Sesajen

Batu | Surya-Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan berniat akan membongkar candi di Desa Punten. Candi ini telah dimodifikasi sendiri oleh warga, padahal BP3 Trowulan memprediksikan di bawah tanah masih tersimpan bangunan candi peradaban kerajaan Majapahit.
Saat mengunjungi candi yang ada di Jl Melati Desa Punten, Rabu (15/4), Kasi Pelestarian DP3 Trowulan, Dr Prapto Saptono, menjelaskan, penggalian awal dilakukan 20 April guna melihat gambaran awal bentuk candi.
“Penggalian ini bukan membongkar semua bangunan candi baru yang didirikan warga tahun 2004 lalu. Melainkan menggali dalam bentuk grid seluas 2×2 meter di beberapa titik. Jika kondisi candi (di bawahnya) masih utuh, maka penggalian total akan kami serahkan ke pihak Pemkot Batu,” beber Dr Prapto kepada wartawan.
Penggalian dengan model grid nanti, dimungkinkan agak sedikit terhambat. Sebab, warga Punten telah memodifikasinya dengan mendirikan bangunan berupa candi buatan baru untuk menyangga temuan satu Yoni -simbol dewa perempuan-, serta tiga lingga yang berarti embrio sang dewi. Bahkan di sekitar candi buatan itu terlihat sesaji-sesaji yang diletakkan warga.
BP3 Trowulan dan Dinas Pariwisata Batu yang mensurvei lokasi tersebut, pun tak dapat memastikan apakah bangunan candi yang terkubur sama bentuknya dengan candi baru hasil ‘fantasi’ warga.
“Tak ada satu pun yang tahu. Apalagi dalam catatan kerajaan Majapahit, Batu bukan termasuk lokasi kerajaan. Mungkin saja ini merupakan bangunan dari para perantau kerajaan Majapahit,” ungkap Prapto menebak-nebak.
Arkeolog Disparta Batu, Widya Hari Setiawati pun menyayangkan banyaknya isu yang beredar di sekitar candi tersebut, tanpa diiringi pembuktian. Selain empat temuan yang kini disakralkan dan menjadi punden, beberapa warga juga mengaku pernah menemukan sebuah arca di makam para tetua desa Punten. “Apapun itu, kami berharap ini bisa dibongkar dan akan menjadi situs sejarah baru serta objek wisata sejarah baru di Batu. Apalagi Batu memiliki banyak situs candi yang belum tergali, seperti di Beji dan Jeding yang merupakan situs pemandian para dewa. Mojorejo, Temas serta Torongrejo yang merupakan temuan arca dan saat ini dijadikan punden oleh warga yang percaya,” tandas Widya.st11

Memahami Sejarah Desa Bumiaji

Desa merupakan tempat tinggal dari masyarakat yang terletak diluar pusat kota (urban centers). Juga merupakan cikal bakal dari berdirinya kota atau dengan kata lain keberadaan desa lebih dulu ada daripada kota. Banyak keragaman dan ciri khas yang dimilki oleh setiap desa baik dari kehidupan masyarakat, budaya maupun sumber daya yang ada di dalamnya, yang semuanya itu merupakan hasil cipta dari msyarkat yang ada di desa. Kalau kita bicara tentang desa tidak akan pernah lepas dari sejarah atau asal mula desa tersebut ada. Kota Batu memilki tiga kecamatan yang meliputi kecamatan Batu, Bumiaji dan Junrejo. Kecamatan  Bumiaji terdiri dari sembilan desa yang meliputi Desa Bulukerto, Bumiaji, Giripurno, Gunung Sari, Pandan Rejo, Punten , Sumber Brantas, Sumber Gondo dan Tulungrejo.
Salah satu desa yang memilki sejarah cukup banyak memilki arti bagi Kota Batu adalah Desa Bumuaji. Desa tersebut terletak disebelah utara dari pusat Kota Batu. Menurut keterangan dari masyarakat bumiaji sebelumnya Desa Bumiaji bernama Mbatu, dimana desa tersebut hanya ada seseorang yang tinggal dan mbabat alas Desa Bumiaji atu Mbatu yang bernama Mbah Gubuk Angin dimana beliau merupakan “Punokawan Pangeran Diponegoro” atau staff dari pangeran Diponegoro. Dengan berjalannya waktu nama Mbah Gubuk Angin berubah menjadi Mbah Mbatu, hal tersebut dikarenakan hanya beliaulah orang yang tinggal mbatu. Pada tahun sekitar 1960an ditemukan lagi nama Abdul Ghonaim yang ditemukan oleh Ky. Mustofa dari Pasuruan. Sampai saat ini masyarakat Desa Bumiaji masih belum tau desa tersebut ada hal tersebut dikarenakan tidak ada bukti yang tertulis yang dapat ditemukan oleh masyarakat.
Desa Bumiaji dibagi menjadi empat padukuhan atau dusun yang meliputi dusun Banaran, Binangun, Beru dan Tlogorejo, dimana tiap-tiap dusun memilki punden atau makam yang dikramatkan yang ditandai dengan kayu-kayu besar. Dalam hal ini masyarakat sekitar percaya yang ada di punden tersebut merupakan makam dari orang yang pertama ada di tiap-tiap dusun. Agama dari masyarakat Desa Bumiaji 99% adalah beragama islam karena sesuai yang kita ketahui bahwa Mbah Gubuk Angin menyebarkan agama islam di Desa Bumiaji. Sedangkan mata pencaharian mulai dulu sampai saat ini bekerja di sektor pertanian.  Banyak keragaman yang ada di dusun Beru mulai dari keragaman alamiah maupun  keragaman dari hasil cipta manusia.
Munurut Suparlan (L/67 th) pernah menjabat sebagai Kepala Dusun Beru tahun 1993-2000. “ Dulu masyarakat Desa Bumiaji kalau pergi ke pasar tidak mau mengatakan mau pergi ke Batu tapi mau pergi ke Sisir”. Hal tersebut dikarenakan kalu pergi ke Batu berarti akan sama saja pergi ke kuburan. Dan beliau juga mengatakan “sejarah hanyalah sebuah perkiraan masyarakat dan poro sepuh (orang yang dijadikan contoh) apabila hal tersebut tidak diikuti atau dibuktikan dengan kebanaran yang aslinya” bukti tersebut dapat berupa kitab atau tulisan yang ditinggalkan.
Dari penjelasan diatas sudah dapat kita ketahui bahwa desa memilki sejarah yang melatar belakangi sebuah desa tersebut ada. Serta cikal bakal atau awal mula dari Kota Batu berasal dari keberadaan desa, khususnya Desa Bumiaji yang memilki hubungan erat dengan sejarah berdirinya Kota Batu.

Rabu, 21 September 2011

Desa Kungkuk


Kampung Kungkuk, Desa Punten, Kecamatan  Bumiaji. Kota Batu Propinsi Jawa Timur memiliki potensi alam dan lingkungan yang eksotis yang dapat dikembangkan sebagai alternatif wisata di kota Batu selain wisata lain yang sudah berkembang di kota Batu.
Pesona Alam dan lingkungan

Dusun Kungkuk, Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur merupakan sebuah dusun yang berada di lokasi wisata kota batu yang bertetangga dengan taman wisata selecta yang sudah terkenal di wisata Jawa Timur. Dusun ini berada diperbukitan dengan jumlah penduduk sekitar 49 Kepala Keluarga dengan pekerjaan rata-rata sebagai petani.

Wilayah ini seperti daerah disekitar lainya berada diperbukitan dengan pemandangan pesona matahari terbit dari ufuk timur dan juga dapat menikmati pesona  matahari terbenam di ufuk barat yang erotis. Begitupun cuaca yang terkadang diselimuti kabut tebal akan menambah kuatnya suasana dingin yang pesoana ini  memikat dan menggoda para pemandu kenyaman dan keindahan untuk beristirahat dan menikmati panoramanya. Sehingga rumah istirahat, rumah hunian, resort, cottage, restoran  dan bahkan hotelpun diperlukan. Untuk mempesona wilayah menarik juga dijadikan batas wilayah dusun dengan benteng dusun yang multi fungsi baik sebagai tembok penahan lereng gunung juga sebagai olah raga dan wisata keliling kampung.

Wilayah ini memiliki suhu yang dingin sehingga berbagai jenis tanaman hias bersuhu dingin dapat berkembang subur dengan warna warni yang menghiasi udara sejuk, sehingga mengundang para pencinta parfum untuk menjadikan proses pembuatan parfum dan menikmati harumnya aroma bunga.

Begitupun para petani yang sudah turun menurun bertani apel, jeruk, sayur, tomat wortel, dll juga tumbuh sesuai dengan suhunya yang sejuk menggemaskan rasa ingin memetiknya dan membawanya sebagai buah tangan dan menjadi pandangan yang elok bagi para tamu untuk berkebun bersama dengan keluarga.

Hasil tani yang melimpah menantang para teknokrat untuk menetaskan teknologinya mengubah hasil tani menjadi hasil olahan yang khas dan berkualitas sebagai buah tangan dusun kungkuk yang juga merupakan hasil produk sebagai peningkatan ekonomi masyarakat. begitupun hasil sayuran yang anti pestisida sangat mungkin dikembangkan didusun ini.

Suara burung, ayam, kambing, sapi dan kelinci diperbukitan ini menambah khasnya sebuah kampung. yang akan memancing para penggemar ternak untuk mengajak bersama merasakan secara langsung bagaimana memelihara ternak, pengandangan dan melihat bagaimana sebuah produk ternak diproses.

Pohon pinus yang berjajar seakan membatasi wilayah kampung dengan hutan liar perbukitan yang perawan yang dilengkapi lereng yang tajam mengoda para pengagum out bond,  perkemahan, flying fox, kursi gantung, olah raga gunung, sepeda gunung, mobil gunung dan lain sejenisnya. Suara ngarai gemercik yang membangunkan para penghuhi sungai mengalir membawa sejuknya air pengunungan melewati kampung menambah gairah para  penggemar rafting.

Sumber air yang keluar dari rimbunya kedalaman hutan mengalir sepertinya tanpa batas untuk menghidupi kehidupan masyarakat. juga dapat dimanfaatkan untuk sistem air siap minum, olah raga air atau permainan air.

Hal ini  menunjukkan betapa lengkapnya karunia Tuhan pada kampung ini, maka dengan rasa syukur pada Tuhannya dan dengan sentuhan kemurnian keikhlasan para penduduk dan pendukung pemberdayaan masyarakat melalui potensi alam dan lingkungan yang mempesona ini  dimungkinkan  dusun ini dikembangkan menjadi kampung wisata yang juga merupakan alternative pengembangan wisata baru dikota Batu.
Seni dan Budaya



Seni dan budaya adalah kegiatan yang tidak pernah terpisahkan dengan aktifitas dusun ini, kegiatan kerajinan batik, tari tadisional, nyanyian masyarakat sering berkumandang. aneka masakan yang bernuansa dingin, cindramata adalah kegiatan sehari-hari para penduduk untuk pemanfaatkan waktu selain bertani. Kegiatan ini memungkinkan untuk dijadikan produk  sebagai daya tarik para wisatawan.

Kerukunan dan sikap gotong royong masyarakat yang siap membantu satu sama lainya yang tersebar diwilayah ini menjadikan kekuatan modal utama untuk membangun sistem ekonomi rakyat investasi masarakat. Sistem ini yang akan menjadi kekuatan yang terpenting untuk memulai masyarakat berdaya.

Pusat jajanan, pusat oleh-oleh pusat cindramata menjadi pilihan pengrajin untuk berkarya di kampung wisata ini. Pusat seni dan budaya juga menjadi pilihan masyarakat untuk melestarikan budaya bangsa yang agung ini.

Sejarah Junggo di Desa Tulungrejo Kota Batu

Komunitas Batu untuk Demokrasi - Junggo saat ini merupakan Dusun, bagian dari Desa Tulungrejo dengan jumlah penduduk lebih kurang 3.000 jiwa yang terdiri 1.625 perempuan dan 1.375 laki-laki demikian informasi dari Kepala Dusun Junggo Bapak Suwaji.
Batas wilayah Dusun Junggo :
Sebelah utara : Dusun Wonorejo
Sebelah barat : Dusun Wonorejo
Sebelah timur : Hutan Perum Perhutani BKPH Singosari KPH Malang dan Desa Sumbergondo.
Sebelah selatan: Dusun Gerdu.
Kondisi Geografis Dusun Junggo :
Ketinggian dari permukaan laut : 1.300 s/d 1700 dpl. Banyaknya curah hujan rerata    : 8,9 mm
Suhu rata-rata             : 18 s/d 24 C
Mata pencaharian penduduk sehari-hari sebagai petani sayur-mayur dan petani apel juga sebagian besar warganya sebagai buruh tani.
Penelusuran terbentuknya daerah Junggo kami peroleh dari hasil wawancara kami dengan Bapak Achmad  usia 62 tahun seorang sesepuh Dusun Junggo yang merupakan Tokoh Agama Hindu Dharma di Dusun Junggo, beliau sewaktu mudanya pernah melakukan penelusuran dan pencatatan sejarah Junggo bersama almarhum Bapaknya yang bernama Bapak Katam. Sayangnya buku hasil catatan beliau ini telah rusak akibat dibuat mainan adiknya sewaktu masih kecil.
Junggo merupakan sebuah nama yang di ambil dari nama Eyang Jugo. Eyang Jugo adalah seorang Raja dari Keraton Solo pada Kerajaan Mataran Hindu (Mungkin yang dimaksud kerajaan kecil bagian dari Kerajaan Mataram Hindu). Pada tahun 1406 Saka (tahun penanggalan Umat Hindu) atau pada tahun 1328 Masehi, Eyang Jugo memerintahkan senopatinya yang nama samarannya Mbah Giyek untuk mencari daerah pelarian yang letaknya di lereng Gunung Arjuno. Hal ini dikarenakan Kerajaan Mataram Hindu jatuh karena dianggap kalah perang dengan Wali Songo.
Daerah yang dimaksud adalah Dusun Junggo saat ini, dengan ditemukannya beberapa sumber mata air dan daerahnya dianggap aman. Akhirnya Mbah Giyek kembali ke  kerajaan Mataram memberitahukan bahwa daerah ini cocok untuk dijadikan tempat pelarian.
Disampaikan juga oleh Bapak Achmad bahwa Eyang Jugo setelah mendapat laporan dari Mbah Giyek akhirnya mengajak semua pengikut dan kerabatnya ke daerah di lereng Gunung Arjuno ini. Oleh karena raja mereka bernama Eyang Jugo maka daerah lereng Gunung Arjuno sebelah barat ini diberi nama Junggo. Eyang Jugo pindah ke daerah Junggo ini diikuti oleh senopatinya yang bernama samaran Senopati Mbah Ronoyudo, terbukti dengan adanya kuburan di sebelah utara SD Negeri Tulungrejo II terdapat kuburannya Mbah Ronoyudo yang menurut kepercayaan warga Junggo dianggap sebagai Dah Yang atau Sing Bedah Eyang artinya yang membuka daerah tersebut pertama kali. Istilah Dah Yang sekarang ini diartikan sebagai Danyang atau dianggap orang saat ini sebagai penunggunya. Tetapi menurut kepercayaan umat Hindu dianggap sebagai Roh Suci karena telah dianggap berjasa pada daerah setempat.
Selain di dampingi Mbah Ronoyudo, Eyang Jugo juga di damping oleh Pujangga yang bernama Eyang Ronggo Sekti beliau ini dikuburkan di sekitar Sumber Dampul yang terletak di sebelah utara dari makam Mbah Ronoyudo. Diceritakan juga bahwa Mbah Giyek mulai bedah krawang / babat alas dimulai dari daerah Sumbersari yaitu daerah perbatasan paling selatan Dusun Junggo dengan Dusun Gerdu, hingga daerah sekitar Sumber Kali Ledok (merupakan daerah Sumber Mata Air, yang saat ini airnya dialirkan ke Kampung Sumbersari wilayah RW 9 Dusun Junggo. Selanjutnya Mbah Ronoyudo dan Mbah Giyek membangun Balai Agung atau balai pertemuan untuk tempat bermusyawarah yang di namakan Watugambang (hingga saat ini dianggap sebagai Punden yang setiap Hari Proklamasi dan setiap tahun diadakan Selamatan Desa berkumpul disini), dulu berdiri pohon beringin yang dianggap telah berusia ratusan tahun, tetapi telah dibakar seseorang sehingga keberadaan pohon beringin tersebut telah punah. Juga telah membangun Punden Tugu yang merupakan tempat berkumpul sementara untuk menunggu teman-teman mereka, setelah berkumpul maka mereka berangkat bersama ke Balai Agung yang di namakan Watugambang. Sesudah berkumpul mereka mengadakan hiburan dengan alat musik Gambang, makanya dinamakan Punden Watugambang.
Disampaikan  bahwa Eyang Jugo sewaktu meninggal dikubur di daerah Kesamben Blitar juga  memiliki anak buah yang bernama Eyang Purwosenjoto yang merupakan Mranggi yaitu seseorang yang diberi kepercayaan untuk merawat senjata pusaka sebagai alat untuk berperang bila sewaktu-waktu diserang oleh musuh. Eyang Purwosenjoto dikubur di daerah  Buludendeng yang termasuk wilayah Desa Bulukerto. Makanya ada jalan di Desa Punten yang ke arah timur menuju Desa Bulukerto diberi nama jalan Purwosenjoto.
Diceritakan juga oleh Bapak Achmad bahwa dilereng Gunung Arjuno sekitar 4 Km dari Junggo terdapat Punden Klenah Kurung. Pada waktu Kolonial Belanda  menanam Kina bahasa Jawanya Klenah disini ada satu pohon Kina yang tumbuhnya seperti pohon beringin, katanya biasanya pohon Kina tumbuhnya lurus tidak bercabang akhirnya dinamakan sebagai Punden Klenah Kurung. Jaman dulu sebelum ditanami Kina daerah ini dianggap sebagai tempat petilasan / rumah kediaman yang menjaga Ken Dedes seorang keturunan dari tentara Tartar dari negeri Tiongkok / Cina sambil menjaga Candi Pawon.
Diceritakan bahwa dulu dilereng Gunung Arjuno terdapat Candi Pawon, oleh karena Gunung Arjuno meletus maka  Candi Pawon telah tertutup oleh material letusan Gunung Arjuno. Oleh karena itu saat ini Umat Hindu telah membangun Pura yang dinamakan Pura Giri Arjuno yang dianggap sebagai tempat berdirinya Candi Pawon. Pura Giri Arjuno ini merupakan Pura terbesar di Jawa Timur, umat Hindu menganggap bahwa setiap umat Hindu berdo’a di Pura ini maka semua do’anya akan dikabulkan oleh Sang Hyang Widi (Tuhan Yang Maha Esa). Tidak heran setiap minggunya banyak pengunjung yang beragama Hindu dari berbagai daerah di Jawa Timur maupun dari Provinsi Bali yang melakukan persembahyangan di Pura ini. Disampaikan  oleh Bapak Achmad bahwa ada  Mahasiswa yang datang dari Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana dan beberapa Universitas  Swasta juga banyak, mereka melakukan persembahyangan dan menginap kadang-kadang lebih dari dua hari. Pura Giri Arjuno saat ini merupakan bagian dari Wisata Religi yang ada di Kota Wisata Batu.
Nama Junggo dulu pernah jadi nama Desa Junggo, dan nama Junggo pernah digunakan untuk nama Aris yaitu merupakan Magang sebelum menjadi Kecamatan atau Daerah Kecamatan Persiapan. Menurut Bapak Paran (usia 80 tahun) Pejabat Aris membawahi 10 Kepala Desa. Kepala Desa Junggo yang warga asli Junggo bernama Pak Dul Wongsosari  dengan pusat pemerintahannya atau Kantor Desa di rumah Nenek Rumayah saat ini sebab Nenek Rumayah merupakan anak satu-satunya dari Pak Dul Wongsosari.
Data Nama Kepala Dusun Junggo yang pernah menjabat :
No.    Tahun    Nama yang menjabat
1    Tidak diketahui    Bapak Ngadi ayah dari Bapak Sukardi
2    Tidak diketahui    Bapak Saudi ayah dari alm Untung Saudi
3    Tidak diketahui    Bapak Kabul kakek dari Ibu Umi Kabul
4    Tidak diketahui    Bapak M. Zainul Bakri (Caretaker) 3 bulan
5    1969 s/d 1981    Bapak Sami’un (selama 12 tahun)
6    1981 s/d 2002    Bapak Kasiyono (selama 22 tahun)
7    2002 s/d 2003    Bapak Kasiyono sakit, terjadi kekosongan Pemerintahan
8    2003 s/d saat ini    Bapak Suwaji
Data Nama Kepetengan (Kepala Keamanan Dusun) Junggo yang pernah menjabat :
No.    Tahun    Nama yang menjabat
1    Tidak diketahui    Bapak Ladi
2    Tidak diketahui    Bapak Saudi
3    Tidak diketahui    Bapak Harmat
4    Tidak diketahui    Bapak Mu’alim
5    Tidak diketahui    Bapak Kasiyono
6    Tidak diketahui    Bapak Saimo
7    1984 s/d 2.001    Bapak Kalil
8    2001 s/d 2009    Bapak Suliyan
Note: Jabatan Kepetengan sejak tahun 2009 di Dusun Junggo khususnya dan umumnya di Desa Tulungrejo telah dihapus.

Data Nama Kebayan (Bagian Umum di Dusun) Junggo yang pernah menjabat :
No.    Tahun    Nama yang menjabat
1    Tidak diketahui    Bapak Kaseni
2    Tidak diketahui    Bapak Majuri
3    Tidak diketahui    Bapak Parmuji
Note: Jabatan Kebayan sejak tahun 2.000 di dusun Junggo telah ditiadakan.

Data Kesenian yang ada di Dusun Junggo :
No.    Jenis Kesenian dan Nama    Ketua
1    Kuda Lumping    Bapak Sumardi
2    Terbang Jidor    Bapak Li’amin
3    Reog Junggorejo    Bapak Suparto
4    Karawitan Margirahayu    Bapak Li’amin
Data Sarana Pendidikan yang ada di Dusun Junggo :
No.    Nama Lembaga    Kepala Sekolah
1    Play Group “Anggrek”    Ibu Astutik
2    Taman Kanak-Kanak “Arjuno”    Ibu Kumiati
3    SD Negeri Tulungrejo II    Bapak Kusman Hadi
4    TPQ “Nur Rohmah”    Bapak Suntari
Data tempat Ibadah yang ada di Dusun Junggo :
No.    Jenis Tempat Ibadah    Nama Pengelola
1    Masjid An-Nur    Bapak H. Sobirin
2    Musholla Al-Falah    Bapak Sugiman
3    Musholla Mambaul Huda    Bapak Ngateno
4    Masjid Al-Ikhlas    Bapak Suntari
5    Musholla Sabilul Huda    Ibu Hj. Kemi
6    Musholla As Salam    Bapak Sujono
7    Pura Indra Jaya    Bapak Akhmad
8    Pura Giri Arjuna    Bapak Basuki
9    Gereja Bethel    Bapak Pendeta Mikhail

Sejarah Singkat Desa Tulungrejo.
Desa Tulungrejo memiliki sedikit catatan sejarah sejak tahun 1835.
1.    Sejak tahun 1835 Desa Junggo telah terbentuk yang terdiri dari Dusun Kekep, Dusun Gondang, Dusun Gerdu dan Dusun Junggo.
2.    Desa Junggo berubah nama menjadi Desa Tulungrejo pada tahun 1925 karena pusat pemerintahannya di pindahkan ke Dusun Gondang dengan Kepala Desanya Bapak Mukri.
3.    Dusun Sumberbrantas baru terbentuk menjadi dusun tersendiri pada tahun 1984 yang dikenal dengan nama Jurangkuali dengan Kepala Dusunnya bernama Bapak Marman.
4.    Pada tahun 2003 Dusun Junggo dimekarkan menjadi dua Dusun yaitu selain Dusun Junggo terbentuklah Dusun Wonorejo dengan wilayahnya kampung Pancasila, Kampung Talun dan Pemukiman Purnawirawan TNI Angkatan Udara.
5.    Pada tanggal 22 Desember 2005, Desa Tulungrejo dimekarkan menjadi dua yaitu Desa Tulungrejo dan Desa Persiapan Sumberbrantas.
6.    Tahun 2007 Desa Persiapan Sumberbrantas resmi menjadi Desa Sumberbrantas.

Data Nama Petinggi (Kepala Desa) yang pernah menjabat di Desa Tulungrejo :
No.    Tahun    Keterangan Petinggi dan Wilayahnya
1    1835 - 1878    Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Sutrono Al-Buki
2    1878 - 1898    Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Kartinah
3    1898 - 1907    Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Ruki
4    1907 - 1916    Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Ruki
5    1916 - 1922    Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Dul Wongsosari  Pusat Pemerintahannya di Junggo
6    1922 - 1925    Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Siyah  Pusat Pemerintahannya di pindahkan ke Dusun Gerdu.
7    1925 - 1932    Kepala Desa Tulungrejo  dijabat oleh Pak Mukri Pusat Pemerintahannya dipindahkan ke Dusun Gondang
8    1932 - 1947    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Martorejo
9    1947 - 1948    Pak Martorejo mengungsi, Belanda mengangkat Pak Makali sebagai Kepala Desa, dan tidak disenangi oleh rakyatnya, sehingga tahun 1948 Pak Makali terbunuh.
10    1948 - 1950    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Achmad
11    1950 - 1967    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Martorejo hasil pemilihan
12    September – November 1967    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Caretaker Pak Mulyono
13    1967 - 1972    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Caretaker Pak Soekaryo dari Desa Punten
14    1972 - 1990    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Armanoe M.
15    5 September 1990 s/d 2007    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak H. Ch. Prawoto
16    2007 s/d sekarang    Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Prasetyono

Data Desa Tulungrejo :
1.    Wilayah Desa Tulungrejo :
Luas wilayah Desa Tulungrejo yaitu seluas 38,13 Km persegi atau sekitar 807,019 Ha. Desa Tulungrejo terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Gondang, Dusun Kekep, Dusun Gerdu, Dusun Junggo dan Dusun Wonorejo.
2.    Batas Wilayah Desa Tulungrejo :
Sebelah Utara            : Desa Sumberbrantas
Sebelah Selatan        : Desa Punten
Sebelah Barat            : Hutan Perum Perhutani BKPH Pujon KPH Malang
Sebelah Timur            : Desa Sumbergondo
3.    Tata Guna tanah Desa Tulungrejo    :
Tanah Kas Desa        : 25,508 Ha
Tanah Bondo Desa        : 8 Ha
4.    Jumlah Penduduk Desa Tulungrejo    :
No.    Tingkatan Penduduk    Jumlah
1    Jumlah Penduduk Laki-laki    4.076 orang
2    Jumlah Penduduk Perempuan    4.284 orang
3    Jumlah Penduduk Desa Tulungrejo    8.360 orang
4    Jumlah Kepala Keluarga    2.156 orang

SEJARAH DESA SUMBERGONDO

Desa Sumbergondo merupakan salah satu desa yang berada di sebelah selatan lereng gunung Arjuna  yang termasuk salah satu desa di Kota Batu. Sejarah Desa Sumbergondo erat hubungannya dengan salah satu kerajaan Hindu Jawa , yaitu kerajaan Mataram kuno yang waktu itu diperintah oleh Raja Empu Sindok ( Dinasti Isyana) yang memindahkan pusat  kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929 M. Desa Sumbergondo pada jaman itu pernah di huni ataupun pernah dijadikan tempat persinggahan, hal itu dapat dibuktikan dengan patung ( stupa) di lokasi Punden Banteng, batu lumpang dan ukiran batu di dekat punden Mbah  Mertani.
Menurut sesepuh desa H. FAKIH (mantan Carik tahun 1955),   P. SUWOKO (tokoh warga Tegalsari yang memiliki garis keturunan dari Mbah SINGODRONO) dan Bapak Sulian (mantan Bayan yang leluhurnya adalah salah satu Aris/Kepala Desa di Desa Sumbergondo) bahwa dulu di Punden Banteng terdapat Prasasti ( saat ini sudah hilang di curi orang) bertuliskan di bawah pohon Kalpataru ada Kepala Gajah    bertuliskan   SONYO WONO GIRI   jika kita artikan secara candra sengkala adalah  sonyo = suwung  ( kosong  atau 0 ) wono = 6 dan giri = 7 sehingga dibalik menjadi Tahun  760 Jawa, sedang menurut bahasa berarti Desa Sumbergondo Dulunya merupakan daerah hutan belantara di  pegunungan yang suwung atau kosong tak berpenghuni.
            Orang yang pertama kali babat alas atau bedah krawang Desa Sumbergondo adalah Mbah Mertani. Beliau datang ke Desa Sumbergondo bersama sang putera Mas Joko Boendoe dan temannya  Sentono dan Bentono, datang ke  desa Sumbergondo (Goendoe ) untuk pertama kali dan membuka / babat alas  di desa pada Bulan Rejeb pada hari senin kliwon (untuk tahunnya tidak diketahui). Pada Bulan bulan dan hari tersebut setiap tahunnya secara adat turun temurun diperingati oleh Masyarakat
Sumbergondo ( SEGOENDU, TEGALSARI, SENGONAN) sebagai hari jadi Desa Sumbergondo.
            Asal nama SUMBERGONDO  sendiri sebenarnya adalah SEGOENDOE, berasal dari nama Pendiri Desa Sumbergondo Mas Joko Boendoe putera Mbah Mertani. Menurut mitos warga Desa Sumbergondo dari turun temurun Mas Joko Boendoe adalah perjaka  yang  jujur dan gemar tidur.
            Desa Sumbergondo maju dan berkembang setelah datangnya Singo Drono yang merupakan bekas pejuang Pangeran Diponegoro ( 1830 ), beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Belanda dari Mataram. Karena pengaruh,  kewibawaannya dan ia memiliki wawasan serta kelebihan lainnya maka ia oleh warga asli dijadikan Petinggi/ Bekel/Aris/Kepala Desa pertama di Desa SEGOENDOE/ SUMBERGONDO.
1.2.      Nama –nama Kepala Desa yang pernah menjabat
Urutan  para pejabat Petinggi/ Bekel/Aris/Kepala Desa sumbergondo adalah sebagai berikut :
1.                  SINGODRONO                                       TH. 1830-1840
2.                  MANGUNDRONO                                  TH. 1840-1860
3.                  SETRODRONO                                         TH  1860-1876
4.                  P.GARIYEK                                             TH. 1876-1878
5.                  P.SAIDAH                                                TH. 1878-1880
6.                  P.RUKINAH                                            TH. 1880-1906
7.                  P.LAIMUN                                              TH. 1906-1909
8.                  P.MAIRAH                                              TH. 1909-1911
9.                  P.SINGOREJO                                        TH. 1911-1931
10.       P. WIRYOSASTRO                                TH. 1931-1967
11.       P. MUGHNI BUSHRO                            TH. 1967-1969
12.       P. NGASMANALI                                  TH. 1969-1974
13.       P. SOEWIGNYO                                    TH. 1974-1990
14.       P. SUPRAPTO                                        TH. 1990-2000
15.       P. RIYANTO                                           TH.  2000-2010
16.       P.NURYUWONO                                  TH   2010-SEKARANG

2.      Batas dan luas wilayah Desa Sumbergondo
Batas-batas Desa Bulukerto, sebagai berikut :
-  Sebelah Utara                            : Hutan
-  Sebelah Timur                            : Desa Bulukerto
-  Sebelah Selatan                          : Desa Bulukerto dan Desa Punten
-  Sebelah Barat                             : Desa Punten dan Desa Tulungrejo

 

Luas Wilayah

Luas Desa seluruhnya       : 573 Ha, terdiri dari :
-  Perumahan/Pekarangan                                                   : 17                  Ha
-  Sawah                                                                            : 35                 Ha
-  Ladang/tegal                                                                   : 103                Ha
-  Kebun percobaan                                                           : -                     Ha
-  Hutan                                                                             : 367                Ha
-  Lain-lain                                                                               : 8                    Ha

Situs Gading Melati di Desa Punten Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Senin (20/4) mulai dieskavasi oleh tim dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala


SITUS Gading Melati di Desa Punten Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Senin (20/4) mulai dieskavasi oleh tim dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jawa Timur. Situs pemujaan ini diduga peninggalan zaman Kerajaan Majapahit.
Eskavasi rencananya dilakukan 20-27 April ini, melibatkan sembilan anggota tim dari BP3 Trowulan. Pada proses hari pertama, baru dilakukan pengukuran topografi lahan situs seluas 10×10 meter tersebut.
“Kami melakukan penggalian untuk penyelamatan terhadap situs sejarah ini. Kegiatan ini untuk mengetahui dan membuktikan apakah situs ini benar-benar candi pemujaan zaman Majapahit atau bukan,” tutur Prapto Saptono, salah seorang tim ahli dari BP3 Trowulan, Senin di Batu.
Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan itu mengatakan bahwa indikasi bahwa situs itu merupakan candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain terlihat dari adanya tumpukan batu-batu bata yang biasa ditemukan di era Majapahit, adanya lingga-yoni (yoni diperkirakan sudah hilang), dan sebagainya.
“Hasil eskavasi ini kalau memang benar candi, maka harus dilestarikan sebagai salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit abad 13-14 masehi,” ujar Prapto.
Prapto menegaskan bahwa jika benar di situs Gading Melati ditemukan sejumlah unsur seperti lingga-yoni, perwara (berupa titian trimurti yaitu angsa, nandi dan ganesha), maka situs tersebut benar-benar merupakan candi pemujaan abad Majapahit.

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DESA PUNTEN KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Desa Punten Kota Batu mempunyai tradisi selamatan desa yang dilakukan setiap tahun untuk menghormati para leluhurnya. Tetapi selamatan ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh perubahan masyarakatnya dalam memandang tradisi selamatan desa. Perbedaan pendapat ini juga menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok masyarakat di Desa Punten. Perubahan sosial adalah proses yang meliputi bentuk keseluruhan dari aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat desa maupun kota pasti akan mengalami perubahan-perubahan dari segi ekonomi, politik, budaya maupun sosial. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan berasal dari faktor luar dan dalam masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial masyarakat desa Punten disebabkan oleh pengaruh dari luar desa juga dari dalam masyarakat itu sendiri. Dalam penelitian ini dirumuskan 2 permasalahan. Pertama, penyebab dari perubahan sosial masyarakat desa Punten tahun 1970-2009? Kedua, dampak dari perubahan sosial yang terjadi di desa Punten tahun 1970-2009? Penelitian ini dilakukan di desa Punten Kecamatan Bumiaji Kota Batu tanggal 17 Maret 2010-21 April 2010. Peneliti menggunakan metode sejarah yaitu, pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan sosial yang terjadi pada Desa Punten dimulai pada tahun 1970 dan berakhir pada tahun 2009. Hal ini disebabkan munculnya kelompok-kelompok masyarakat. Ada tiga kelompok besar yaitu kelompok agamis (Muhammadiyah) adalah kelompok yang tidak setuju dengan adanya selamatan bersih desa. Kelompok budaya (kejawen dan Sumarah) adalah kelompok yang sangat mendukung acara selamatan bersih desa. Dan kelompok campuran (NU dan Wahidiyah) adalah kelompok yang memadukan unsur budaya dengan unsur agama. Masing-masing kelompok memiliki permasalahan yang berbeda-beda, tetapi masalah pokok dari ketiga kelompok ini mengenai persepsi upacara adat Desa Punten. Ketiga kelompok ini menyatu ketika kelompok-kelompok ini menghadapi tantangan masalah baru yaitu kristenisasi. Karena kedatangan agama Kristen di Desa Punten telah mengganggu eksistensi agama Islam di Desa Punten. Selain itu, pembangunan gereja di Desa Punten tidak memiliki ijin dari pemerintah. Saran untuk penelitian berikutnya supaya lebih mendalami permasalahan yang terjadi antar kelompok tersebut dan mencari faktor lain yang menyebabkan perubahan sosial masyarakat desa Punten.

Punten Proyek Percontohan Desa Wisata

punten-proyek-percontohan-desa-wisata
Sebuah anugerah yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa. Keunikan dan keindahan alam serta budaya masyarakatnya akan mampu melambungkan dan meningkatkan kesejahteraan Kota Wisata Batu di masa depan. Dan ini dapat diawali melalui pengembangan sebuah Kampung Wisata Kungkuk yang berada di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji Kota Wisata Batu, Jatim. Demikian diungkapkan Staf Ahli Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan, Dra. Titin Sukarya MSi, dalam Seminar Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengembangan Desa Wisata di Hotel Purnama Batu pada tanggal 15 Juni 2011.
Keunikan dan keindahan ini, menurut Titin, dapat dilihat dari panorama alami pegunungan, kontur tanah yang subur, udara yang sejuk dan belum terkontaminasi polusi, serta keramahan masyarakat yang masih tradisional namun terdidik. “Sehingga, ini merupakan kekuatan yang luar biasa bagi Kota Wisata Batu dalam mengembangkan pariwisata di masa yang akan datang,” katanya. Oleh karena itu Kota Wisata Batu, khususnya Desa Punten, harus mengelola alam yang indah itu secara profesional dan sesuai tata aturan norma agama dan adat istiadat masyarakat setempat. Bahkan, sistem manajerial ini akan mampu meningkatkan kunjungan wisata ke daerah itu yang otomatis meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Seminar tersebut dihadiri para pejabat di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu, Kadinas Kesehatan, Kadinas Perindustrian dan UKM, Kadinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Kepala Bappeda, Kades Punten, Camat Bumiaji, serta para pengusaha UKM, Seniman dan tokoh Masyarakat Desa Punten. Digambarkan Titin, potensi daya tarik wisata, baik yang bernuansa alam maupun budaya, umumnya berada di pedesaan, seiring dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang sebagian besar berada di pedesaan. Beberapa obyek dan daya tarik wisata di pedesaan, karena kedatangan wisatawan ada yang telah memberikan manfaat secara ekonomis kepada masyarakat setempat, namun ada yang belum mendapatkan manfaat dari kedatangan wisatawan ke wilayahnya tersebut. Artinya dia hanya jadi “penonton” dari kegiatan wisata di daerahnya. Dan karena itu, keberadaan obyek dan daya tarik wisata agar bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, maka menjadikan wilayah tersebut menjadi Desa Wisata. Sehingga diharapkan kedatangan para wisatawan ke wilayah tersebut dapat memberikan peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Hal ini mengingat wisatawan dalam perjalanan wisatanya membutuhkan berbagai kebutuhan barang dan jasa, sehingga ini dapat menjadi peluang usaha di bidang pariwisata dan bidang terkait lainnya dan dapat memanfaatkan peluang lapangan kerja.
Masyarakat di pedesaan yang telah merasakan manfaat dari kunjungan wisatawan ke daerahnya, tentu akan menjaga lingkungan untuk tetap lestari bahkan meningkat kualitasnya. Karena apabila lingkungan alam dan budayanya rusak, tentu wilayahnya tidak akan diminati oleh wisatawan. Sehingga ini berdampak terhadap berkurangnya pendaapatan mereka. Maka itu, melalui pengembangan Desa Wisata, lingkungan alam dan budaya setempat akan terjaga kelestarian dan kualitasnya. Dalam upaya mengembangkan suatu Desa Wisata yang memiliki daya tarik wisata yang bisa dijadikan sebagai “magnit” untuk menarik kedatangan wisatawan, khususnya di Desa Punten, Titin mengemukakan kondisi saat ini, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada dikaitkan aspek-aspek yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata di Kota Wisata Batu, terutama di Desa Punten. Dari telaahan berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan beberapa minggu lalu, Titin menggambarkan bahwa Desa punten mempunyai berbagai kekuatan dan kelemahan, terutama terkait pengembangan pariwisata sebagai Desa Wisata. Berbagai kekuatan alami sebagai anugerah Illahi, Desa punten mempunyai kekuatan utama sebagai komponen Desa Wisata yaitu unik, alam yang indah, udara sejuk segar, kontur tanah yang teratur dan subur, budaya seni masyarakat, serta kegiatan agrobisnis masyarakatnya. Dari kekuatan itu, akan lebih lengkap dan berkembang apabila masyarakat diberdayakan untuk memanfaatkan kunjungan wisatawan. “Untuk mengembangkan Desa Punten sebagai Desa Wisata, maka semua komponen masyarakat dan pemerintah harus berkomitmen bersama demi keberhasilan Punten sebagai Desa Wisata,” ujarnya.
Bahkan berbagai komponen yang akan mampu mengembangkan Desa Punten sebagai tujuan wisata adalah pengelolaan obyek wisata sesuai norma agama dan etika masyarakat. Menurut Titin, Desa Punten sangat berpotensi menjadi terkenal dan akan banyak dikunjungi wisatawan jika tidak hanya mengandalkan keindahan alam, khususnya di Dusun Kungkuk, tapi sarana prasarana pendukung serta Good Will pemerintah terpenuhi. Diantaranya, transportasi terpenuhi apabila wisatawan dari luar kota hendak berkunjung. Kemudian area makan minum seperti warung, restoran, cafe dengan berbagai menu tradisional Desa Punten juga tersedia. Lantas Akomodasi, dimana di Desa Punten, khususnya Kungkuk, harus ada tempat beristirahat seperti penginapan di sebuah keluarga (Home Stay), Villa dan hotel. Atraksi Wisata dari Desa Punten juga harus dimunculkan agar para wisatawan menikmati selama berkunjung di Desa Punten. Bahkan para pelaku usaha dan masyarakat membuat paket-paket wisata guna mengakomodir kegiatan wisata dari para wisatawan yang berkunjung. Dan akhirnya, masyarakat Desa Punten harus menyediakan Cendera Mata dan Oleh-oleh khas Desa Punten yang menjadi kenangan bagi para wisatawan. “Guna memenuhi berbagai komponen tersebut, Pemerintah Kota melalui Dinas terkait harus bahu membahu untuk memenuhinya, sehingga Kawasan Kungkun dan Desa Punten mampu menjadi Sebuah Desa Wisata populer dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat,” kilahnya.
Berbagai tanggapan, apresiasi masyarakat dan pejabat yang hadir dalam seminar Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengembangan Desa Wisata tersebut sangat positif dan mendukung. Sehingga mulai sarana prasarana jalan hingga bantuan permodalan bagi masyarakat akan menjadi prioritas dalam mengembangkan Desa Punten, khususnya kawasan Kungkuk sebagai salah satu Desa Wisata Potensial di Kota Wisata Batu. “Dan Desa Punten inilah yang akan kami jadikan proyek percontohan pengembangan Desa Wisata, sehingga akan berefek pada pengembangan desa-desa lain sebagai Desa Wisata di Kota Wisata Batu,” ujar Dra. Mistin MPd, Kadinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Wisata batu.

Kirab Budaya Desa Punten

Dalam rangka mengedepankan nilai luhur, moralitas dan mengembangkan adat istiadat masyarakat yang baik, Desa Punten menggelar Kirab Budaya dan Grebeg Tumpeng yang terangkum dalam Budaya Selamatan Desa pada 8-9 Juli 2011. “Berbagai kegiatan ini dimaksudkan untuk menengok dan mengevaluasi diri secara material maupun spiritual dalam menjalankan aktivitas sehari-hari serta lebih bersyukur kepada Yang Maha Kuasa,” tutur Hernanto Sasmiko SH, Kepala Desa Punten Kecamatan Bumiaji Kota Wisata Batu. Kirab Budaya ini merupakan sebuah atraksi dan kreativitas budaya dari seluruh masyarakat Desa Punten yang diarak berkeliling menyusuri berbagai jalan di wilayah Desa Punten dan sekitarnya pada 9 Juli 2011. Dan kegiatan ini adalah kalender rutin tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Ruwah atau bulan sebelum puasa ramadhan. Sebanyak 38 rombongan peserta dari Desa Punten dan 6 rombongan peserta partisipasi dari daerah lain mengikuti Kirab ini. Rombongan peserta ini masing-masing berasal dari warga masyarakat di setiap rw. Sedangkan, Jenis atraksi dan kreativitas yang ditampilkan dalam Kirab Budaya, meliputi kesenian daerah dan Parade Tumpeng.Kesenian Daerah ini seperti Kuda Lumping, Bantengan, Tarian Santar (Beksan Lantar/Sanduk), Reog, Pencak Silat, Tarian Kreasi Tradisional Pringorik, Fashion bermodifikasi bunga, Berbagai Jenis Tarian Tradisional dan sebagainya. Sedangkan Parade Tumpeng meliputi Jenis Tumpeng Kreasi berukuran besar yang diarak dengan mobil, serta Tumpeng Jabutan yang berkomponen jajan pasar.
kirab budaya desa puntenkirab budaya desa punten
Berbagai kesenian dan parade tumpeng ini diarak atau dikirab keliling di Wilayah Desa Punten dan sekitarnya. Pemerangkatan atau Start dilepas oleh Kades pada pukul 14.00 wib di Jalan Protokol menuju Selecta, tepatnya di depan Hotel Monalisa, menuju arah selatan dan belok ke barat masuk Jalan Melati, kemudian melewati jalan kelud menuju jalan di Dusun Pager Gunung wilayah Desa Gunungsari, lelu lewat prambatan menuju jalan di Dusun Sukorame Sukorembug Desa Sidomulyo, dari sini lantas belok ke utara melewati Jalan Raya Selecta yang kemudian berakhir atau Finish di depan Balai Desa Punten. Hadir dalam memeriahkan Kirab Budaya ini adalah Walikota Batu Eddy Rumpoko, Kadinas Parisata dan Kebudayaan Dra. Mistin MPd, Jajaran Muspika Kecamatan Bumiaji, Ketua PKK Kota Batu Ny. Dewanti Rumpoko, serta berbagai masyarakat yang berjubel di sepanjang jalan yang dilewati kirab budaya tersebut.
Seusai Kirab Budaya, acara Prosesi Grebek Tumpeng digelar di lapangan belakang Kantor Desa Punten. Walikota Batu dalam sambutannya mengatakan bahwa grebek tumpeng ini merupakan refleksi rasa syukur masyarakat Desa Punten setelah beraktivitas selama setahun. Sehingga berbagai hasil disedekahkan sembari mendoakan kepada para leluhur, terutama para pendahulu sesepuh desa, agar selalu mendapatkan ridlo dari Alloh SWT. Disamping itu, refleksi rasa syukur ini menjadi agenda rutin budaya yang dapat menungdang para wisatawan untuk berkunjung ke wilayah Desa Punten khususnya, serta ke Kota Wisata Batu umumnya.
Prosesi seremonial Budaya Selamatan Desa yang ditandai dengan selamatan Desa dan Kirab Budaya, Grebek Tumpeng dan Pagelaran Campursari sebagai hasil Budaya Daerah di Desa Punten ini dapat dijual ke para wisatawan untuk kunjungan wisata serta guna melengkapi pengembangan Desa Punten yang diprogram sebagai Pilot Project Desa Wisata di Kota Wisata Batu. “Hal ini merupakan salah satu komponen pengembangan Desa Punten sebagai Desa Wisata,” tukas Dra. Mistin MPd, Kadinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Wisata Batu. Dia juga berharap kepada seluruh komponen masyarakat untuk selalu menjaga keutuhan wilayah dan mengembangkan berbagai adat istiadat yang baik, serta hasil kreativitas di bidang seni tradisional di Desa Punten ini sebagai produk wisata.
kirab budaya desa puntenkirab budaya desa punten
Pada malamnya, 9 juli 2011 pukul 20.00 wib, di Lapangan Desa Punten juga digelar hiburan Seni Campursari Kontemporer yang juga berasal dari Desa Punten. Sebagai pembawa acara adalah Cahyono, serta dalang Kidun dari A-TV menggeber cerita wayang singkat di sela-sela pagelaran musik campursari tersebut. Demikian, sehari sebelum Kirab Budaya dan Grebek Tumpeng pada 8 juli 2011 pukul 5.30 wib, seluruh masyarakat dari 4 Dusun di wilayah Desa Punten, secara serentak mengadakan selamatan di 5 tempat yang dianggap keramat yaitu di Sumber Air Ngesong Lodengkol bagi warga rw.05 Banyuning, selamatan di Punden Gadung Melati bagi warga Dusun Krajan, di Punden Ketupuk Mbah Gimbal untuk warga Desa Kungkuk, di Punden Watudakon bagi warga Dusun Gempol, serta selamatan di Punden Mbah Gameng Wijoyo bagi masyarakat di Dusun Payan.
Free Music Sites
Free Music Online

free music at divine-music.info