Komunitas Batu untuk Demokrasi - Junggo saat ini merupakan Dusun, bagian dari Desa Tulungrejo dengan jumlah penduduk lebih kurang 3.000 jiwa yang terdiri 1.625 perempuan dan 1.375 laki-laki demikian informasi dari Kepala Dusun Junggo Bapak Suwaji.
Batas wilayah Dusun Junggo :
Sebelah utara : Dusun Wonorejo
Sebelah barat : Dusun Wonorejo
Sebelah timur : Hutan Perum Perhutani BKPH Singosari KPH Malang dan Desa Sumbergondo.
Sebelah selatan: Dusun Gerdu.
Kondisi Geografis Dusun Junggo :
Ketinggian dari permukaan laut : 1.300 s/d 1700 dpl. Banyaknya curah hujan rerata : 8,9 mm
Suhu rata-rata : 18 s/d 24 C
Mata pencaharian penduduk sehari-hari sebagai petani sayur-mayur dan petani apel juga sebagian besar warganya sebagai buruh tani.
Penelusuran terbentuknya daerah Junggo kami peroleh dari hasil wawancara kami dengan Bapak Achmad usia 62 tahun seorang sesepuh Dusun Junggo yang merupakan Tokoh Agama Hindu Dharma di Dusun Junggo, beliau sewaktu mudanya pernah melakukan penelusuran dan pencatatan sejarah Junggo bersama almarhum Bapaknya yang bernama Bapak Katam. Sayangnya buku hasil catatan beliau ini telah rusak akibat dibuat mainan adiknya sewaktu masih kecil.
Junggo merupakan sebuah nama yang di ambil dari nama Eyang Jugo. Eyang Jugo adalah seorang Raja dari Keraton Solo pada Kerajaan Mataran Hindu (Mungkin yang dimaksud kerajaan kecil bagian dari Kerajaan Mataram Hindu). Pada tahun 1406 Saka (tahun penanggalan Umat Hindu) atau pada tahun 1328 Masehi, Eyang Jugo memerintahkan senopatinya yang nama samarannya Mbah Giyek untuk mencari daerah pelarian yang letaknya di lereng Gunung Arjuno. Hal ini dikarenakan Kerajaan Mataram Hindu jatuh karena dianggap kalah perang dengan Wali Songo.
Daerah yang dimaksud adalah Dusun Junggo saat ini, dengan ditemukannya beberapa sumber mata air dan daerahnya dianggap aman. Akhirnya Mbah Giyek kembali ke kerajaan Mataram memberitahukan bahwa daerah ini cocok untuk dijadikan tempat pelarian.
Disampaikan juga oleh Bapak Achmad bahwa Eyang Jugo setelah mendapat laporan dari Mbah Giyek akhirnya mengajak semua pengikut dan kerabatnya ke daerah di lereng Gunung Arjuno ini. Oleh karena raja mereka bernama Eyang Jugo maka daerah lereng Gunung Arjuno sebelah barat ini diberi nama Junggo. Eyang Jugo pindah ke daerah Junggo ini diikuti oleh senopatinya yang bernama samaran Senopati Mbah Ronoyudo, terbukti dengan adanya kuburan di sebelah utara SD Negeri Tulungrejo II terdapat kuburannya Mbah Ronoyudo yang menurut kepercayaan warga Junggo dianggap sebagai Dah Yang atau Sing Bedah Eyang artinya yang membuka daerah tersebut pertama kali. Istilah Dah Yang sekarang ini diartikan sebagai Danyang atau dianggap orang saat ini sebagai penunggunya. Tetapi menurut kepercayaan umat Hindu dianggap sebagai Roh Suci karena telah dianggap berjasa pada daerah setempat.
Selain di dampingi Mbah Ronoyudo, Eyang Jugo juga di damping oleh Pujangga yang bernama Eyang Ronggo Sekti beliau ini dikuburkan di sekitar Sumber Dampul yang terletak di sebelah utara dari makam Mbah Ronoyudo. Diceritakan juga bahwa Mbah Giyek mulai bedah krawang / babat alas dimulai dari daerah Sumbersari yaitu daerah perbatasan paling selatan Dusun Junggo dengan Dusun Gerdu, hingga daerah sekitar Sumber Kali Ledok (merupakan daerah Sumber Mata Air, yang saat ini airnya dialirkan ke Kampung Sumbersari wilayah RW 9 Dusun Junggo. Selanjutnya Mbah Ronoyudo dan Mbah Giyek membangun Balai Agung atau balai pertemuan untuk tempat bermusyawarah yang di namakan Watugambang (hingga saat ini dianggap sebagai Punden yang setiap Hari Proklamasi dan setiap tahun diadakan Selamatan Desa berkumpul disini), dulu berdiri pohon beringin yang dianggap telah berusia ratusan tahun, tetapi telah dibakar seseorang sehingga keberadaan pohon beringin tersebut telah punah. Juga telah membangun Punden Tugu yang merupakan tempat berkumpul sementara untuk menunggu teman-teman mereka, setelah berkumpul maka mereka berangkat bersama ke Balai Agung yang di namakan Watugambang. Sesudah berkumpul mereka mengadakan hiburan dengan alat musik Gambang, makanya dinamakan Punden Watugambang.
Disampaikan bahwa Eyang Jugo sewaktu meninggal dikubur di daerah Kesamben Blitar juga memiliki anak buah yang bernama Eyang Purwosenjoto yang merupakan Mranggi yaitu seseorang yang diberi kepercayaan untuk merawat senjata pusaka sebagai alat untuk berperang bila sewaktu-waktu diserang oleh musuh. Eyang Purwosenjoto dikubur di daerah Buludendeng yang termasuk wilayah Desa Bulukerto. Makanya ada jalan di Desa Punten yang ke arah timur menuju Desa Bulukerto diberi nama jalan Purwosenjoto.
Diceritakan juga oleh Bapak Achmad bahwa dilereng Gunung Arjuno sekitar 4 Km dari Junggo terdapat Punden Klenah Kurung. Pada waktu Kolonial Belanda menanam Kina bahasa Jawanya Klenah disini ada satu pohon Kina yang tumbuhnya seperti pohon beringin, katanya biasanya pohon Kina tumbuhnya lurus tidak bercabang akhirnya dinamakan sebagai Punden Klenah Kurung. Jaman dulu sebelum ditanami Kina daerah ini dianggap sebagai tempat petilasan / rumah kediaman yang menjaga Ken Dedes seorang keturunan dari tentara Tartar dari negeri Tiongkok / Cina sambil menjaga Candi Pawon.
Diceritakan bahwa dulu dilereng Gunung Arjuno terdapat Candi Pawon, oleh karena Gunung Arjuno meletus maka Candi Pawon telah tertutup oleh material letusan Gunung Arjuno. Oleh karena itu saat ini Umat Hindu telah membangun Pura yang dinamakan Pura Giri Arjuno yang dianggap sebagai tempat berdirinya Candi Pawon. Pura Giri Arjuno ini merupakan Pura terbesar di Jawa Timur, umat Hindu menganggap bahwa setiap umat Hindu berdo’a di Pura ini maka semua do’anya akan dikabulkan oleh Sang Hyang Widi (Tuhan Yang Maha Esa). Tidak heran setiap minggunya banyak pengunjung yang beragama Hindu dari berbagai daerah di Jawa Timur maupun dari Provinsi Bali yang melakukan persembahyangan di Pura ini. Disampaikan oleh Bapak Achmad bahwa ada Mahasiswa yang datang dari Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana dan beberapa Universitas Swasta juga banyak, mereka melakukan persembahyangan dan menginap kadang-kadang lebih dari dua hari. Pura Giri Arjuno saat ini merupakan bagian dari Wisata Religi yang ada di Kota Wisata Batu.
Nama Junggo dulu pernah jadi nama Desa Junggo, dan nama Junggo pernah digunakan untuk nama Aris yaitu merupakan Magang sebelum menjadi Kecamatan atau Daerah Kecamatan Persiapan. Menurut Bapak Paran (usia 80 tahun) Pejabat Aris membawahi 10 Kepala Desa. Kepala Desa Junggo yang warga asli Junggo bernama Pak Dul Wongsosari dengan pusat pemerintahannya atau Kantor Desa di rumah Nenek Rumayah saat ini sebab Nenek Rumayah merupakan anak satu-satunya dari Pak Dul Wongsosari.
Data Nama Kepala Dusun Junggo yang pernah menjabat :
No. Tahun Nama yang menjabat
1 Tidak diketahui Bapak Ngadi ayah dari Bapak Sukardi
2 Tidak diketahui Bapak Saudi ayah dari alm Untung Saudi
3 Tidak diketahui Bapak Kabul kakek dari Ibu Umi Kabul
4 Tidak diketahui Bapak M. Zainul Bakri (Caretaker) 3 bulan
5 1969 s/d 1981 Bapak Sami’un (selama 12 tahun)
6 1981 s/d 2002 Bapak Kasiyono (selama 22 tahun)
7 2002 s/d 2003 Bapak Kasiyono sakit, terjadi kekosongan Pemerintahan
8 2003 s/d saat ini Bapak Suwaji
Data Nama Kepetengan (Kepala Keamanan Dusun) Junggo yang pernah menjabat :
No. Tahun Nama yang menjabat
1 Tidak diketahui Bapak Ladi
2 Tidak diketahui Bapak Saudi
3 Tidak diketahui Bapak Harmat
4 Tidak diketahui Bapak Mu’alim
5 Tidak diketahui Bapak Kasiyono
6 Tidak diketahui Bapak Saimo
7 1984 s/d 2.001 Bapak Kalil
8 2001 s/d 2009 Bapak Suliyan
Note: Jabatan Kepetengan sejak tahun 2009 di Dusun Junggo khususnya dan umumnya di Desa Tulungrejo telah dihapus.
Data Nama Kebayan (Bagian Umum di Dusun) Junggo yang pernah menjabat :
No. Tahun Nama yang menjabat
1 Tidak diketahui Bapak Kaseni
2 Tidak diketahui Bapak Majuri
3 Tidak diketahui Bapak Parmuji
Note: Jabatan Kebayan sejak tahun 2.000 di dusun Junggo telah ditiadakan.
Data Kesenian yang ada di Dusun Junggo :
No. Jenis Kesenian dan Nama Ketua
1 Kuda Lumping Bapak Sumardi
2 Terbang Jidor Bapak Li’amin
3 Reog Junggorejo Bapak Suparto
4 Karawitan Margirahayu Bapak Li’amin
Data Sarana Pendidikan yang ada di Dusun Junggo :
No. Nama Lembaga Kepala Sekolah
1 Play Group “Anggrek” Ibu Astutik
2 Taman Kanak-Kanak “Arjuno” Ibu Kumiati
3 SD Negeri Tulungrejo II Bapak Kusman Hadi
4 TPQ “Nur Rohmah” Bapak Suntari
Data tempat Ibadah yang ada di Dusun Junggo :
No. Jenis Tempat Ibadah Nama Pengelola
1 Masjid An-Nur Bapak H. Sobirin
2 Musholla Al-Falah Bapak Sugiman
3 Musholla Mambaul Huda Bapak Ngateno
4 Masjid Al-Ikhlas Bapak Suntari
5 Musholla Sabilul Huda Ibu Hj. Kemi
6 Musholla As Salam Bapak Sujono
7 Pura Indra Jaya Bapak Akhmad
8 Pura Giri Arjuna Bapak Basuki
9 Gereja Bethel Bapak Pendeta Mikhail
Sejarah Singkat Desa Tulungrejo.
Desa Tulungrejo memiliki sedikit catatan sejarah sejak tahun 1835.
1. Sejak tahun 1835 Desa Junggo telah terbentuk yang terdiri dari Dusun Kekep, Dusun Gondang, Dusun Gerdu dan Dusun Junggo.
2. Desa Junggo berubah nama menjadi Desa Tulungrejo pada tahun 1925 karena pusat pemerintahannya di pindahkan ke Dusun Gondang dengan Kepala Desanya Bapak Mukri.
3. Dusun Sumberbrantas baru terbentuk menjadi dusun tersendiri pada tahun 1984 yang dikenal dengan nama Jurangkuali dengan Kepala Dusunnya bernama Bapak Marman.
4. Pada tahun 2003 Dusun Junggo dimekarkan menjadi dua Dusun yaitu selain Dusun Junggo terbentuklah Dusun Wonorejo dengan wilayahnya kampung Pancasila, Kampung Talun dan Pemukiman Purnawirawan TNI Angkatan Udara.
5. Pada tanggal 22 Desember 2005, Desa Tulungrejo dimekarkan menjadi dua yaitu Desa Tulungrejo dan Desa Persiapan Sumberbrantas.
6. Tahun 2007 Desa Persiapan Sumberbrantas resmi menjadi Desa Sumberbrantas.
Data Nama Petinggi (Kepala Desa) yang pernah menjabat di Desa Tulungrejo :
No. Tahun Keterangan Petinggi dan Wilayahnya
1 1835 - 1878 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Sutrono Al-Buki
2 1878 - 1898 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Kartinah
3 1898 - 1907 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Ruki
4 1907 - 1916 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Ruki
5 1916 - 1922 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Dul Wongsosari Pusat Pemerintahannya di Junggo
6 1922 - 1925 Kepala Desa Junggo dijabat oleh Pak Siyah Pusat Pemerintahannya di pindahkan ke Dusun Gerdu.
7 1925 - 1932 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Mukri Pusat Pemerintahannya dipindahkan ke Dusun Gondang
8 1932 - 1947 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Martorejo
9 1947 - 1948 Pak Martorejo mengungsi, Belanda mengangkat Pak Makali sebagai Kepala Desa, dan tidak disenangi oleh rakyatnya, sehingga tahun 1948 Pak Makali terbunuh.
10 1948 - 1950 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Achmad
11 1950 - 1967 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Martorejo hasil pemilihan
12 September – November 1967 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Caretaker Pak Mulyono
13 1967 - 1972 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Caretaker Pak Soekaryo dari Desa Punten
14 1972 - 1990 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Armanoe M.
15 5 September 1990 s/d 2007 Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak H. Ch. Prawoto
16 2007 s/d sekarang Kepala Desa Tulungrejo dijabat oleh Pak Prasetyono
Data Desa Tulungrejo :
1. Wilayah Desa Tulungrejo :
Luas wilayah Desa Tulungrejo yaitu seluas 38,13 Km persegi atau sekitar 807,019 Ha. Desa Tulungrejo terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Gondang, Dusun Kekep, Dusun Gerdu, Dusun Junggo dan Dusun Wonorejo.
2. Batas Wilayah Desa Tulungrejo :
Sebelah Utara : Desa Sumberbrantas
Sebelah Selatan : Desa Punten
Sebelah Barat : Hutan Perum Perhutani BKPH Pujon KPH Malang
Sebelah Timur : Desa Sumbergondo
3. Tata Guna tanah Desa Tulungrejo :
Tanah Kas Desa : 25,508 Ha
Tanah Bondo Desa : 8 Ha
4. Jumlah Penduduk Desa Tulungrejo :
No. Tingkatan Penduduk Jumlah
1 Jumlah Penduduk Laki-laki 4.076 orang
2 Jumlah Penduduk Perempuan 4.284 orang
3 Jumlah Penduduk Desa Tulungrejo 8.360 orang
4 Jumlah Kepala Keluarga 2.156 orang